Info Berita :

Krisis Akhlak Pada Remaja: Warning Bagi Orang Tua Dan Negara

 Mendengar kata Remaja pasti langsung terbersit bahwa mereka adalah cikal bakal penerus generasi, baik di lingkungan keluarga, masyarakat bahkan penerus bangsa-negara.

Foto ilustrasi

Tapi sayangnya makin kesini para remaja banyak kehilangan arah bahkan sedang mengalami Krisis akhlak dan agama yang melanda di masyarakat kita saat ini, dan telah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa nilai-nilai agama, moral dan etika telah diabaikan, dan ini tidak hanya terjadi di kalangan remaja, orang dewasa bahkan kanak-kanak.

Satu video viral di media sosial yang menampilkan enam orang remaja main gitar dan tinju di dalam masjid. Mereka melakukan itu untuk membuat sebuah konten. Peristiwa itu terjadi di Masjid Al-Mukminin Pajalele, Dusun Pajalele, Desa Binanga Karaeng, Kecamatan Lembang, Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Senin (3/3) pukul 00.30 Wita. (detik.com) 

Krisis akhlak ini tidak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Ketika nilai-nilai moral dan etika diabaikan, maka masyarakat menjadi tidak stabil dan tidak aman.

Oleh karena itu, krisis akhlak ini harus menjadi alarm bagi orang tua dan negara. Orang tua harus memainkan peran yang lebih aktif dalam mendidik anak-anak mereka tentang nilai-nilai moral dan etika. Mereka harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka dan mengajarkan mereka tentang pentingnya nilai-nilai moral dan etika.

Negara juga harus memainkan peran yang lebih aktif dalam mengatasi krisis akhlak ini. Pemerintah harus membuat kebijakan yang mendukung pendidikan moral dan etika, serta memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar nilai-nilai moral dan etika.

Kita tidak bisa menunggu lagi untuk mengatasi krisis akhlak ini. Kita harus bertindak sekarang untuk memastikan bahwa nilai-nilai agama, moral dan etika dipertahankan dan dihormati.

Penyebab Krisis Akhlak

Krisis akhlak ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Lingkungan Keluarga: Kurangnya peran orang tua yang memperhatikan sikap dan penerangan kepada anak, tentang pentingnya pendidikan agama dan akhlak, bahkan acuh karena berpikir bahwa pendidikan tersebut sudah cukup anak dan kalangan remaja terima di sekolah. Padahal justru peran keluargalah yang terpenting sehingga tidak muncul kebiasaan-kebiasaan anak-Remaja yang menyeleweng dari nilai agama. Dan terkadang sikap orang tua yang di nilai kurang memberikan contoh dan teladan untuk anak-remaja yang kadang akhirnya ditiru oleh anak-remaja, seperti:

- banyaknya orang tua mendidik dengan mengeluarkan kata-kata kasar yang terlontar mengakibatkan semua terekam dan sampai terpraktekkan saat berbicara kepada temannya dan orang sekitar, karena mungkin anak-Remaja menganggap hal itu biasa karena di keluarganya pun seperti itu. 

- Kurangnya penerapan nilai-nilai agama dalam keluarga bahkan ketika anaknya enggan belajar dan pergi mengaji serta enggan mengerjakan perintah agama seperti sholat, puasa dan lainnya seolah orang tua cuek membiarkannya. 

- Kurangnya pengawasan tontonan pada gadget yang tak sedikit banyak di tiru anak-anak dan remaja, bahkan itu dianggap hal yang lumrah. 

2. Lingkungan Sekolah: dalam lingkungan Sekolah kurang tegasnya para guru dalam mendidik siswanya sehingga disaat di sekolah terlihat adanya pelanggaran-pelanggaran tidak membuat siswa jera melakukannya karena mungkin khawatir atau takut jika tindakannya melanggar HAM dan mungkin bahkan dilaporkan seperti banyaknya sekarang siswa melaporkan guru ke pihak yang berwajib.

Dari pembiaran itu membuat para siswa menjadi tidak punya etika, sopan dan santun kepada guru. 

3. Pengaruh media sosial yang negatif: Media sosial yang banyak dikenal orang, dimainkan orang banyak, bahkan tak sedikit menyedot anak-Remaja ikut masuk ke dalamnya.

Apalagi banyaknya pembuatan konten yang di iming-imingi cuan yang menakjubkan membuat isi media sosial semakin menggeleng-gelengkan kepala saat melihatnya, seolah demi cuan konten apapun dilakukan biar FYP. 

Menjadikan Tontonan yang kurang berfaedah, jauh dari etika apalagi jauh dari tuntunan Agama. Semua ini sangat berpengaruh besar dalam perkembangan anak-Remaja, ditambah kurangnya penyaringan konten-konten, pengawasan orang tua bahkan pengawasan negara. 

4. Lingkungan Masyarakat: Sekarang banyak masyarakat yang seolah tak peduli, mungkin malah tutup mata ketika melihat hal menyimpang yang dilakukan para remaja.

Hidup bertetangga sudah seperti dirasa masing-masing saja. Menegur dan sapa ala kadarnya, yang penting diri sendiri dan keluarganya baik-baik saja. 

5. Peran Negara: Kurang tegasnya Negara dalam membuat aturan dan bahkan terasa berat sebelah menimbulkan semakin longgarnya sanksi pada pelaku penyelewengan. 

Dan sistem pendidikan yang sering berganti-ganti kurikulum yang membuat pendidikan khususnya kalangan anak-Remaja bingung menyerap pembelajaran dan juga biaya yang sangat mahal.

Dampak Krisis Akhlak

Krisis akhlak ini memiliki dampak yang sangat luas, antara lain:

1. Meningkatnya kasus kejahatan dan kriminalitas.

2. Meningkatnya kasus korupsi dan penyelewengan.

3. Meningkatnya kasus pelecehan seksual dan kekerasan.

4. Meningkatnya kasus bunuh diri dan depresi.

Solusi Mengatasi Krisis Akhlak

Untuk mengatasi krisis akhlak ini, kita harus bekerja sama sebagai masyarakat. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat kita lakukan:

1. Lingkungan Keluarga: Para orang tua harus lebih pekak lagi terhadap pentingnya peran keluarga dalam mendidik anak sehingga mencetak generasi yang hebat, berilmu, dan tentunya takut akan Allah SWT. 

"Seorang anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, maka jika mereka mendidiknya dengan baik, maka mereka akan mendapatkan pahala, dan jika mereka tidak mendidiknya dengan baik, maka mereka akan mendapatkan dosa."Hadis riwayat Tirmidzi

2. Lingkungan Masyarakat: Masyarakat harus semakin peduli dan berani menegur, memberi penerangan, bahkan melaporkan jika melihat adanya suatu pelanggaran ada di depan mata yang dilakukan oleh anak-remaja sehingga penyelewengan pelanggaran yang dilakukan anak-remaja akan minim bahkan mungkin hilang. 

Dalam Hadits riwayat Bukhari: "Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah seperti bangunan yang satu, mereka saling menguatkan dan saling menopang."

3. Negara: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai agama, moral dan etika. Mengadakan parenting-parenting untuk orang tua secara free oleh Negara.

Meningkatkan fasilitas tenaga pendidik berkualitas sesuai dibidangnya, serta pra sarana yang memadai untuk anak-remaja. 

Dan memberikan bimbingan, peringatan bahkan sanksi yang sesuai dengan usia dan penyelewengan yang dilakukan agar terdapat efek jera pada pelaku. 

"Pemimpin adalah pengurus rakyatnya dan ia harus memperhatikan kepentingan mereka."Hadis riwayat Abu Dawud

 "Seorang pemimpin yang tidak memperhatikan kepentingan rakyatnya, maka Allah tidak akan memperhatikan kepentingannya."Hadis riwayat Tirmidzi. 

Ada kisah tentang salah satu sahabat yang dikenal sangat menjaga lisannya adalah Sayyidina Umar bin Khattab RA. Beliau terkenal sebagai seorang yang sangat berhati-hati dalam berbicara dan selalu berpikir panjang sebelum mengeluarkan kata-kata.

Suatu hari, Sayyidina Umar bin Khattab RA mendengar seseorang berbicara dengan kata-kata yang tidak pantas. Beliau pun menegur orang tersebut dengan cara yang lembut dan bijak, mengingatkan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. 

Kisah sahabat Nabi tentang adab dalam menjaga lisan ini memberikan pelajaran penting bagi kita untuk selalu berhati-hati dalam berbicara. Tidak hanya dalam menghindari perkataan yang dapat menyinggung perasaan orang lain, tetapi juga untuk menjaga agar ucapan kita selalu mencerminkan akhlak yang baik.

Dari kisah tersebut dan fakta-fakta yang banyak terjadi khususnya pada kalangan anak-remaja yang mengalami Krisis agama dan akhlak ini adalah masalah yang sangat serius dan WARNING bagi kita semua yang harus kita atasi bersama-sama dan jangan pernah merasa takut untuk menegur, menasihati anak-remaja yang kita temui terlihat melakukan penyelewengan bahkan disaat berkata kasar wajib kita nasihati. Serta khususnya Negara sebagai pemimpin rakyatnya, tonggak dari segala keputusan dan aturan yang harusnya lebih tegas lagi dan membuat aturan, hukum serta sanksi sesuai dengan syari'at Islam yang kaffah.

Wallohu'alam.

Oleh: Nurpiani, S. Kom (Pengajar di Karawang)

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar